Membuat Anak Senang Mengerjakan PR
Tugas atau pekerjaan rumah tidak hanya menolong anak belajar mengenai
mata pelajaran yang dipelajarinya disekolah, tapi juga merupakan salah
satu cara untuk engembangkan rasa tanggung jawab pada diri anak.
Artinya, dengan mengerjakan PR, anak jadi belajar bagaimana caranya
mengatur dan mengalokasikan waktu untuk suatu tugas, dan bagaimana ua
harus menyelesaikan tugas tadi dengan rapi dan benar.
Semua hal tersebut merupakan suatu keterampilan yang sangat dibutuhkan anak untuk bekal kehidupannya. Lewat PR pula, anak akan mendapatkan pengalaman belajar yang lebih positif. Tentu saja, sebagai orangtua, kita diwajibkan untuk tidak menolong mengerjakan PR dan hanya sebatas menemani serta memberi tahu jika ia tidak mengerti soal yang diberikan.
Berikut ini sejumlah cara yang dapat menolong anak agar lebih giat, serius dan teliti mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan gurunya.
1. Tempat tenang dan nyaman. Tentukan suatu tempat yang pasti dimana anak dapat mengerjakan PR secara teratur. Tempat ini harus cukup cahaya, terang, nyaman dan tenang tanpa ada gangguan TV, suara anak bermain dan orang berbicara atau menelpon. Pendek kata, jauhkan anak dari sumber keributan yang bisa membuat konsentrasinya pecah.
2. Mulai dengan snack. Anak tidak bisa focus dengan perut kosong. Jadi, bantu mereka isi ulang baterai dengan irisan kalkun yang mengandung tyrosin peningkat energy, blueberry yang membantu ingatan, atau kacang tanah yang kaya magnesium pereda stress.
3. Perdengarkan music. Riset baru menunjukkan, mendengarkan musik membantu anak belajar. Para ahli psikologi, music favorit anak berperan sebagai “white noise” yang mengalihkan gangguan lainnya. Memang, mengerjakan PR dengan mendengarkan music tidak semua anak bisa. Sebab, ada kalanya diantara mereka malah terganggu dengan mendengarkan music. Oleh karena itu, bagi anak yang mengalami masalah ini, tentu saja tidak dianjurkan.
4. Waktu teratur. Anak perlu rutinitas. Jdi tetapkan waktu PR di mana anak harus mengerjakan beberapa tugas yang terkait dengan sekolah. Cara ini mencegah anak mengerjakan PR secara cepat, agar bisa bermain dengan mengatakan sudah mengerjakan PR di sekolah atau mengatakan tidak ada PR. Orangtua bisa membaru anak mengatur waktu dan mendiskusikan untuk menetapkan jadwal belajar rutinnya. Anak yang masih kecil sering kali memang tidak mengerti danbelum memahami rentang waktu yang dibutuhkannya untuk mengerjakan setumpuk PRnya. Bantulah anak membagi waktunya. Selain itu, pilihlah waktu yang sama setiap hari untuk membuat PR. Bagi sebagian anak, waktu yang mereka anggap tepat adalah sehabis makan, pulang sekolah. Sebagian anak lebih suka mengerjakan PR setelah main atau istirahat sore. Celakanya, ada juga anak yang malas mengerjakan PR. Untuk mereka, tetapkan aturan.
5. Gunakan tempat terang. Pilih tempat dekat jendela sebagai tempat untuk mengerjakan PR. Cahaya alamiah terbukti membantu anak berkonsentrasi, kenyataannya, sebuah studi menemukan, test meningkat 25% ketika para murid duduk di dekat jendela. Jika anak mengerjakan PR di malam hari, gunakan bohlam berspektrum penuh. Bohlam ini terbukti meningkatkan kejernihan berpikir dan konsentrasi anak.
6. Pegang peranan. Biarkan anak memegang peranan penting untuk membuat peraturan berkaitan dengan masalah PR. Beri ia kepercayaan untuk memutuskan kapan dan di ruang mana ia akan mengerjakan tugas rumahnya. Hormati keputusan anak. Ini akan amat membantu meminimalkan perselisihan dengan anak gara-gara PR.
7. Control. Biasakan memonitor PR anak. Apakah dia mempunyai masalah saat mengerjakan tugas-tugasnya, atau apakah dia mudah sekali jenuh pada waktu mengerjakan PRnya? Apakah dia mengerti bagaimana cara mengerjakannya, atau apakah PR itu terlalu sulit baginya? Pada waktu dia sedang mengerjakan PR, apakah TV menyala, ada telepon bordering, bercakap-cakap dengan anggota keluarga lainnya, sehingga konsentrasinya terganggu? Jika terjadi masalah tersebut, sebaikya bantu anak mengatasinya.
8. Jangan pernah mengerjakan PR anak. Memang, sangat disarankan agar para orangtua menemani anak mengerjakan PR dan membantunya jika ia memerlukan pertolongan. Tapi, tidak berarti orangtua boleh membantu menyelesaikan tugas-tugasnya. Sesekali, orangtua boleh membantu menjelaskan bagaimana cara membuat tugas tersebut. Tetapi, jangan biarkan anak mencoba terlebih dahulu sebelum menawarkan bantuan kepadanya.
9. Reaksi positif. Damping anak saat ia tengah mengerjakan PRnya. Orangtua bisa sambil membaca buku atau Koran atau melakukan kegiatan lain, tapi tidak sambil menonton TV atau menelpon. Sesekali, periksa pekerjaan anak. Jika ia telah mengerjakan dengan benar dan baik, pujilah dia. Sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, jangan mengkritiknya. Tanyakan kesulitan yang dihadapinya, lalu terangkan dan bantu ia mengoreksi kesalahannya. Sekali lagi, bukan berarti orangtua memberitahu jawabannya, melainkan membantu memecahkan masalah dengan cara menerangkan atau memberikan rumus-rumusnya.
10. Orangtua sebagai motivator. Anak yang masih kecil umumnya masih membutuhkan dorongan dari lingkungan, terutama orangtuanya dan ingin ditemani ketika belajar. Maka, cobalah menikmati aktivitas keluarga disekitar anak yang sedang belajar atau mengerjakan PRnya. Aktivitas tersebut akan mendorong anak untuk merasa lebih aman dan tidak merasa ditinggalkan. Dengan kehadiran orangtua, tentu juga mudah untuk memberikan reward atau dukungan berupa pujian. Pelukan atau semyuman ketika anak mampu mengerjakan PR atau tugas-tugas sekolahnya. Hal ini penting sekali bagi anak.
11. Orangtua harus selalu siap jadi konsultan. Apabila anak mengalami kesulitan dalam mengerjakan PR, tawarkan bantuan untuk menjelaskannya sekali lagi. Tetapi, jangan sekali-sekali orangtua mengambil alih mengerjakan PR anak. Bersikaplah konsisten, jangan terpengaruh ancaman, rengekan atau tangisan anak. Biarkan anak memahami dan merasakan konsekuensinya apabila tidak mengerjakan PRnya.
12. Selalu berkomunikasi dengan guru. Jika anak tampak memiliki masalah dalam mengerjakan PR, misalnya soal yang diberikan sulit dimengerti, anak kurang memahami pelajarannya sehingga tidak dapat menyelesaikan PR, atau abai sama sekali, laporkan kepada gurunya. Orangtua juga dapat menulis catatan dibuku penghubung guru-orangtua murid. Yang penting, jalin selalu hubungan dengan guru, sehingga senantiasa bisa berkomunikasi dengan baik untuk masalah pendidikan anak. Ingat, tugas mendidik bukan hanya terletak di pundak guru semata.
13. Rancanglah waktu menyelesaikan PR bersama teman. Menyelesaikan PR bersama teman mungkin akan lebih menyenangkan ketimbang melakukannya sendiri.. jadi, tidak ada salahnya bila sekali waktu, kita menyarankan anak untuk merancang waktu bersama teman-temannya untuk menyelesaikan PR.
14. Kerjakan PR yang paling tidak disukai anak terlebih dahulu. Hal yang sama juga berlaku bila anak mendapati soal yang paling sulit, lebih baik diselesaikan terlebih dahulu. Mengapa begitu? Karena, bila anak menyelesaikan tugas yang tidak anak suka atau yang sulit terlebih dulu, pikiran anak masih segar dan bisa berpikir lebih jernih. Dengan begitu, anak tak akan kehilangan energy dan waktu untuk menyelesaikan PR.
15. Carilah bantuan secepatnya jika menemukan kesulitan. Bukanlah aib bagi orangtua yang tidak bisa membantu memecahkan soal PR anaknya. Baik disebabkan oleh kesibukan atau memang orangtua tidak mampu mengerjakan soal PR tersebut. Jika mengalami hal ini, sebaiknya orangtua segera mencari bantua, kalau terkait dengan waktu, ia bisa mencari orang lain untuk mewakilinya mendampingi anak mengerjakan PR. Kalau karena orangtua memang tidak sanggup mengerjakannya, mereka bisa menanyakannya kepada orang lain atau mencari jawabannya bersama anak. Jangan ragu mengatakan kepada anak, bahwa orangtua juga harus bertanya kepada orang lain.
Sumber : http://www.wajahbocah.com/membuat-anak-senang-mengerjakan-pr.html
Semua hal tersebut merupakan suatu keterampilan yang sangat dibutuhkan anak untuk bekal kehidupannya. Lewat PR pula, anak akan mendapatkan pengalaman belajar yang lebih positif. Tentu saja, sebagai orangtua, kita diwajibkan untuk tidak menolong mengerjakan PR dan hanya sebatas menemani serta memberi tahu jika ia tidak mengerti soal yang diberikan.
Berikut ini sejumlah cara yang dapat menolong anak agar lebih giat, serius dan teliti mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan gurunya.
1. Tempat tenang dan nyaman. Tentukan suatu tempat yang pasti dimana anak dapat mengerjakan PR secara teratur. Tempat ini harus cukup cahaya, terang, nyaman dan tenang tanpa ada gangguan TV, suara anak bermain dan orang berbicara atau menelpon. Pendek kata, jauhkan anak dari sumber keributan yang bisa membuat konsentrasinya pecah.
2. Mulai dengan snack. Anak tidak bisa focus dengan perut kosong. Jadi, bantu mereka isi ulang baterai dengan irisan kalkun yang mengandung tyrosin peningkat energy, blueberry yang membantu ingatan, atau kacang tanah yang kaya magnesium pereda stress.
3. Perdengarkan music. Riset baru menunjukkan, mendengarkan musik membantu anak belajar. Para ahli psikologi, music favorit anak berperan sebagai “white noise” yang mengalihkan gangguan lainnya. Memang, mengerjakan PR dengan mendengarkan music tidak semua anak bisa. Sebab, ada kalanya diantara mereka malah terganggu dengan mendengarkan music. Oleh karena itu, bagi anak yang mengalami masalah ini, tentu saja tidak dianjurkan.
4. Waktu teratur. Anak perlu rutinitas. Jdi tetapkan waktu PR di mana anak harus mengerjakan beberapa tugas yang terkait dengan sekolah. Cara ini mencegah anak mengerjakan PR secara cepat, agar bisa bermain dengan mengatakan sudah mengerjakan PR di sekolah atau mengatakan tidak ada PR. Orangtua bisa membaru anak mengatur waktu dan mendiskusikan untuk menetapkan jadwal belajar rutinnya. Anak yang masih kecil sering kali memang tidak mengerti danbelum memahami rentang waktu yang dibutuhkannya untuk mengerjakan setumpuk PRnya. Bantulah anak membagi waktunya. Selain itu, pilihlah waktu yang sama setiap hari untuk membuat PR. Bagi sebagian anak, waktu yang mereka anggap tepat adalah sehabis makan, pulang sekolah. Sebagian anak lebih suka mengerjakan PR setelah main atau istirahat sore. Celakanya, ada juga anak yang malas mengerjakan PR. Untuk mereka, tetapkan aturan.
5. Gunakan tempat terang. Pilih tempat dekat jendela sebagai tempat untuk mengerjakan PR. Cahaya alamiah terbukti membantu anak berkonsentrasi, kenyataannya, sebuah studi menemukan, test meningkat 25% ketika para murid duduk di dekat jendela. Jika anak mengerjakan PR di malam hari, gunakan bohlam berspektrum penuh. Bohlam ini terbukti meningkatkan kejernihan berpikir dan konsentrasi anak.
6. Pegang peranan. Biarkan anak memegang peranan penting untuk membuat peraturan berkaitan dengan masalah PR. Beri ia kepercayaan untuk memutuskan kapan dan di ruang mana ia akan mengerjakan tugas rumahnya. Hormati keputusan anak. Ini akan amat membantu meminimalkan perselisihan dengan anak gara-gara PR.
7. Control. Biasakan memonitor PR anak. Apakah dia mempunyai masalah saat mengerjakan tugas-tugasnya, atau apakah dia mudah sekali jenuh pada waktu mengerjakan PRnya? Apakah dia mengerti bagaimana cara mengerjakannya, atau apakah PR itu terlalu sulit baginya? Pada waktu dia sedang mengerjakan PR, apakah TV menyala, ada telepon bordering, bercakap-cakap dengan anggota keluarga lainnya, sehingga konsentrasinya terganggu? Jika terjadi masalah tersebut, sebaikya bantu anak mengatasinya.
8. Jangan pernah mengerjakan PR anak. Memang, sangat disarankan agar para orangtua menemani anak mengerjakan PR dan membantunya jika ia memerlukan pertolongan. Tapi, tidak berarti orangtua boleh membantu menyelesaikan tugas-tugasnya. Sesekali, orangtua boleh membantu menjelaskan bagaimana cara membuat tugas tersebut. Tetapi, jangan biarkan anak mencoba terlebih dahulu sebelum menawarkan bantuan kepadanya.
9. Reaksi positif. Damping anak saat ia tengah mengerjakan PRnya. Orangtua bisa sambil membaca buku atau Koran atau melakukan kegiatan lain, tapi tidak sambil menonton TV atau menelpon. Sesekali, periksa pekerjaan anak. Jika ia telah mengerjakan dengan benar dan baik, pujilah dia. Sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, jangan mengkritiknya. Tanyakan kesulitan yang dihadapinya, lalu terangkan dan bantu ia mengoreksi kesalahannya. Sekali lagi, bukan berarti orangtua memberitahu jawabannya, melainkan membantu memecahkan masalah dengan cara menerangkan atau memberikan rumus-rumusnya.
10. Orangtua sebagai motivator. Anak yang masih kecil umumnya masih membutuhkan dorongan dari lingkungan, terutama orangtuanya dan ingin ditemani ketika belajar. Maka, cobalah menikmati aktivitas keluarga disekitar anak yang sedang belajar atau mengerjakan PRnya. Aktivitas tersebut akan mendorong anak untuk merasa lebih aman dan tidak merasa ditinggalkan. Dengan kehadiran orangtua, tentu juga mudah untuk memberikan reward atau dukungan berupa pujian. Pelukan atau semyuman ketika anak mampu mengerjakan PR atau tugas-tugas sekolahnya. Hal ini penting sekali bagi anak.
11. Orangtua harus selalu siap jadi konsultan. Apabila anak mengalami kesulitan dalam mengerjakan PR, tawarkan bantuan untuk menjelaskannya sekali lagi. Tetapi, jangan sekali-sekali orangtua mengambil alih mengerjakan PR anak. Bersikaplah konsisten, jangan terpengaruh ancaman, rengekan atau tangisan anak. Biarkan anak memahami dan merasakan konsekuensinya apabila tidak mengerjakan PRnya.
12. Selalu berkomunikasi dengan guru. Jika anak tampak memiliki masalah dalam mengerjakan PR, misalnya soal yang diberikan sulit dimengerti, anak kurang memahami pelajarannya sehingga tidak dapat menyelesaikan PR, atau abai sama sekali, laporkan kepada gurunya. Orangtua juga dapat menulis catatan dibuku penghubung guru-orangtua murid. Yang penting, jalin selalu hubungan dengan guru, sehingga senantiasa bisa berkomunikasi dengan baik untuk masalah pendidikan anak. Ingat, tugas mendidik bukan hanya terletak di pundak guru semata.
13. Rancanglah waktu menyelesaikan PR bersama teman. Menyelesaikan PR bersama teman mungkin akan lebih menyenangkan ketimbang melakukannya sendiri.. jadi, tidak ada salahnya bila sekali waktu, kita menyarankan anak untuk merancang waktu bersama teman-temannya untuk menyelesaikan PR.
14. Kerjakan PR yang paling tidak disukai anak terlebih dahulu. Hal yang sama juga berlaku bila anak mendapati soal yang paling sulit, lebih baik diselesaikan terlebih dahulu. Mengapa begitu? Karena, bila anak menyelesaikan tugas yang tidak anak suka atau yang sulit terlebih dulu, pikiran anak masih segar dan bisa berpikir lebih jernih. Dengan begitu, anak tak akan kehilangan energy dan waktu untuk menyelesaikan PR.
15. Carilah bantuan secepatnya jika menemukan kesulitan. Bukanlah aib bagi orangtua yang tidak bisa membantu memecahkan soal PR anaknya. Baik disebabkan oleh kesibukan atau memang orangtua tidak mampu mengerjakan soal PR tersebut. Jika mengalami hal ini, sebaiknya orangtua segera mencari bantua, kalau terkait dengan waktu, ia bisa mencari orang lain untuk mewakilinya mendampingi anak mengerjakan PR. Kalau karena orangtua memang tidak sanggup mengerjakannya, mereka bisa menanyakannya kepada orang lain atau mencari jawabannya bersama anak. Jangan ragu mengatakan kepada anak, bahwa orangtua juga harus bertanya kepada orang lain.
Sumber : http://www.wajahbocah.com/membuat-anak-senang-mengerjakan-pr.html
0 Response to "Membuat Anak Senang Mengerjakan PR"
Posting Komentar